Jumat, 06 November 2009

Resensi

Hakikat Resensi
Resensi berasal dari bahasa Latin revidere atau recencere yang artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Dalam bahasa Inggris resensi dikenal dengan istilah review. Resensi adalah tulisan yang berisi pengulasan atau penilaian suatu hasil karya atau buku dengan cara memberikan komentar secara objektif sehingga setelah membaca resensi orang lain akan tergerak hatinya untuk menyaksikan atau membaca karya orang lain.

Tujuan Resensi
Pembuatan resensi sekurang-kurangnya mempunyai lima tujuan, yaitu:
1. memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang terungkap dalam sebuah buku
2. mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku
3. memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak

Dasar-dasar Resensi
Dasar-dasar resensi ada empat, yaitu
1. Peresensi menyadari sepenuhnya tujuan pengarang buku itu. Tujuan pengarang dapat diketahui dari kata pengantar atau pendahuluan buku. Kemudian, dicari apakah tujuan itu direalisasikan dalam seluruh bagian buku.
2. Peresensi menyadari sepenuhnya tujuan meresensi buku karena sangat mementukan corak resensi yang dibuat
3. Peresensi memahami betul latar belakang pembaca yang menjadi sasarannya: selera, tingkat pendidikan, dari kalangan macam apa dan sebagainya
4. Peresensi memahami karakteristik media cetak yang akan memuat resensi.


          Buku yang diresensi biasanya adalah buku terbitan baru. Oleh karena itu, sifat resensi yang harus dipenuhi adalah nilai informasinya bagi pembaca. Sebuah resensi harus memberikan informasi yang lengkap kepada pembaca mengenai buku yang diresensi itu. Di samping nilai informasi, sebuah resensi juga mengandung nilai advertensi. Maksudnya, resensi itu diupayakan agar pembaca tertarik untuk membaca buku itu.
          Resensi buku biasanya dimuat di surat kabar atau majalah. Penggunaan bahasa resensi cenderung singkat dan hemat. Pemilihan karakter bahasa resensi disesuaikan dengan karakter media cetak dan karakter pembaca yang akan menjadi sasarannya. Di samping itu, penyajian tulisan resensi bersifat padat, singkat, mudah ditangkap, menarik, dan enak dibaca. Tulisan yang menarik dan enak dibaca artinya enak dibaca baik oleh redaktur maupun oleh pembaca.


Pola/Corak Resensi

Ada tiga pola tulisan resensi, yaitu:
1. Meringkas (sinopsis), berarti menyajikan semua persoalan buku secara padat dan jelas.Sebuah buku biasanya menyajikan banyak persoalan. Untuk itu, perlu dipilih sejumlah masalah yang dianggap penting dan ditulis dalam suatu uraian yang singkat dan padat.
2. Menjabarkan (deskripsi), berarti menjabarkan atau mendeskripsikan hal-hal menonjol dari sinopsi yang sudah dilakukan. Bila perlu bagian-bagian yang mendukung uraian dikutip.
3. Mengulas, berarti menyajikan ulasan sebabagi berikut:
• isi atau materi buku yang sudah dipadatkan dan dijabarkan kemudian diulas (diinterpretasikan)
• organisasi atau kerangka buku
• bahasa
• kesalahan cetak
• membandingkan (komparasi) dengan buku-buku sejenis)
• menilai, mencakupi kesan peresensi terhadap buku, terutama yang berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan buku.

Langkah-langkah Menyusun Resensi
Langkah-langkah dalam meresensi buku adalah sebagai berikut:
1. Penjajakan atau pengenalan buku yang diresensi.
2. Membaca buku yang diresensi secara komprehnsif, cermat, dan teliti.
3. Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
4. Membuat sinopsi atau intisari buku.
5. Menetukan sikap dan menilai hal-hal yang meliputi:
• organisasi atau kerangka penulisan (bagaimana hubungan antara bagian satu dengan yang lain, apakah hubungan itu harmonis, jelas, dan memperlihatkan perkembangan yang masuk akal, bagaimana sistematikanya, dan bagaimana dinamikanya)
• isi pernyataan (bagaimana bobot idenya, bagaimana analisisnya, bagaimana penyajian datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya)
• bahasa ( bagaimana ejaan, struktur kalimatnya, pilihan katanya dll)
• aspek teknis (bagaimana tata letak, perwajahan, kebersihan dan kerapian pencetakannya)
6. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria-kriteria yang kita tentukan sebelumnya.

Unsur- Unsur Resensi
Unsur-unsur pembangun resensi adalah sebagai berikut:
a. Judul Resensi
Judul resensi hendaknya menarik perhatian pembaca. Judul resensi yang menarik berarti merangsang keinginan orang lain untuk membaca. Judul resensi bukan merupakan judul buku yang diresensi. Judul resensi biasanya mencerminkan pandangan peresensi setelah mencermati buku yang bersangkutan.

b. Data Buku
Data buku meliputi: judul buku (jika buku terjemahan termasuk judul aslinya); pengarang; penerbit; tahun terbit; tebal buku; harga buku (jika diperlukan).

c. Pembukaan (Lead)
Pembukaan dalam resensi buku dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:
memperkenalkan pengarang, bagaimana latar belakang pendidikannya, karyanya berbentuk apa saja, prestasi apa saja yang pernah diraih dsb.
• Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis baik oleh pengarang sendiri maupun orang lain.
• Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang

d. Tubuh atau Pernyataan Resensi
Tubuh resensi biasanya memuat hal-hal berikut ini:
• Sinopsis atau ringkasan buku
• Ulasan singkat buku dengan kutipan seperlunya
• Keunggulan buku
• Kelemahan buku
• Rumusan kerangka buku ( jumlah bab dengan atau tanpa pembahasan )
• Organisasi atau kerangka penulisan (bagaimana hubungan satu bagian dengan bagian yang lain, apakah harmonis, jelas, masuk akal, dan bagimana dinamikanya)
• Isi pernyataan (bagaimana bobot idenya, bagaimana analisisnya, bagaimana kreativitas pemikirannya)
• Tinjauan bahasa (mudah tau berbelit-belit)
• Adanya kesalahan cetak

e. Penutup Resensi
Penutup biasanya berisi penjelasan apakah buku itu penting dibaca atau tidak.


(disarikan dari materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Bahasa Indonesia SMA/MA
Rayon 12 tahun 2009 UNNES Semarang)

Kamis, 05 November 2009

Drama

Hakikat Drama

       Drama adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan konflik dan emosi lewat lakuan dan dialog, dan lazimnya dirancang untuk pementasan di panggung.
Drama memiliki karakter khusus, yaitu berdimensi sastra dan berdimensi pertunjukan. Sebagai sebuah genre sastra, drama dibangun oleh unsur-unsur , tokoh, alur, latar, tema, amanat, serta dialog. Sebagai sebuah pertunjukan, drama dibentuk oleh unsur seni pertunjukan, yaitu naskah, pementasan, dan penonton.
        Dialog merupakan sarana primer drama. Dilihat dari sisi pengarang, dialog merupakan sarana untuk menyampaikan informasi, fakta, dan ide-ide utama. Dialog juga berfungsi untuk memberikan kejelasan watak dan perasaan tokoh. Di sisi lain, dialog juga dapat menciptakan serta melukiskan suasana.
Hakikat drama adalah konflik. Konflik merupakan penggerak cerita. Adanya konflik menyebabkan munculnya dramatic action. Konflik di dalam drama dapat bersifat internal (konflik seseorang dengan dirinyan sendiri), dan konflik eksternal (konflik tokoh dengan sesuatu di luar dirinya, baik dengan tokoh lain maupun dengan lingkungannnya).


Unsur-unsur Drama

Sebagai dimensi sastra, unsur drama meliputi tokoh dan penokohan, alur, latar, tema (premise), amanat, serta dialog.

a. Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa dalam drama. Di dalam drama terdapat beberapa tokoh:
  • Tokoh Mayor (penting) dan Tokoh Minor (tokoh yang tidak penting)
  • Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang pertama-tama berprakarsa dan berperan sebagai penggerak cerita. Ia yang pertama-tama menghadapi masalah dan terlibat dalam kesukaran-kesukaran. Biasanya kepada tokoh inilah pembaca berempati.
  • Tokoh Antagonis, yaitu tokoh yang berperan sebagai penghalang bagi tokoh protagonis.
  • Tokoh Tritagonis, yaitu tokoh yang berperan menjadi penengah tokoh protagonis dan antagonis.
  • Ada pula tokoh yang secara tidak langsung terlibat dalam konflik tetapi kehadirannya diperlukan untuk membantu menyelesaikan cerita, yang disebut peran pembantu. Contoh peran pembantu adalah tokoh kepercayaan (confidant) yang menjadi kepercayaan tokoh protagonis atau antagonis.

b. Alur
      Alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab-akibat. Menurut Aristoteles (384-322 SM), berdasarkan telaahnya terhadap kaarya-karya Sophocles (495-406 SM), secara struktural lakon/cerita drama terdiri atas lima bagian yaitu:

  • Eksposisi (pembukaan), yaitu bagian cerita yang berisi keterangan mengenai berbagai hal yang diperlukan untuk memahami peristiwa-persitiwa berikutnya. Keterangan tersebut dapat mengenai tokoh cerita, masalah yang timbul, latar, dan sebagainya.
  • Komplikasi (penggawatan), adalah bagian yang merupakan lanjutan dan peningkatan dari eksposisi. Di dalam bagian ini salah seorang tokoh mulai mengambil prakarsa untuk mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi hasil dari prakarsa itu tidak pasti. Pada bagian ini terjadi konflik. Konflik tokoh protagonis dengan antagonis merupakan dasar cerita drama. Konflik itu berkembang terus dan semakin memuncak. Oleh karena itu bagian ini disebut juga dengan penanjakan rissing action.
  • Klimaks (puncak), adalah bagian cerita yang menempatkan tokoh protagonis dan antagonis untuk melakukan perhitungan terakhir yang menentukan. Di sinilah ketegangan mencapai puncaknya dan di sini pula nasib para tokohnya ditentukan.
  • Konklusi (penyelesaian), adalah bagian cerita tempat pengarang mengakhiri lakon. Pada bagian ini nasib para tokoh sudah pasti dan semua konflik sudah teratasi.

c. Latar
       Latar adalah segala petunjuk atau keterangan mengenai waktu, tempat, dan suasana terjadinya persitiwa di dalam drama. Petunjuk itu dapat diperoleh melalui petunjuk pengarang, gambaran tokoh, tingkah laku tokoh, dan dialog antartokoh.

d. Tema (premise)
        Tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan oleh pengarang. Oleh sebab itu, tema merupakan simpulan dari berbagai peristiwa yang terkait dengan penokohan dan latar. Dalam sebuah drama, terdapat banyak peristiwa yang masing-masing mengemban permasalahan, tetapi hanya ada sebuah tema sebagai intisari dari permasalahan-permasalahan tersebut.
       Amanat adalah opini, kecenderungan, atau visi pengarang terhadap tema yang dikemukakan. Amanat dapat pula dimaknai sebagai pesan yang hendak disampaikan pengarang melalui karya drama yang bersangkutan. Amanat dalam drama mungkin lebih dari satu asal semuanya terkait dengan tema. Amanat merupakan kristalisasi dari berbagai peristiwa, perilaku tokoh, dan latar drama.

e. Bahasa/Dialog
       Penggunaan bahasa dalam drama terilhat dari dialog. Bahasa dalam dialog dapat mencerminkan karakter tokoh, suasana, dan latar cerita. Oleh karena itu, jika seorang tokoh berada pada situasi, emosi, dan peran yang berbeda, penggunaan bahasanya pun berbeda.

Unsur Pementasan Drama
Sebagai pertunjukan, unsur-unsur utama drama adalah sebagai berikut:
  • Naskah Drama (skenario)
  • Aktor/aktris: pemeran dalam pementasan drama
  • Awak pementasan di balik pertunjukan (sutradara, assisten sutradara, penata setting, penata musik, penata kostum dan rias dll)
  • Panggung/pentas
  • Penonton

Anatomi Naskah Drama
Naskah drama biasanya terdiri atas
  • Babak, yaitu bagian dari naskah drama yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat pada urutan waktu tertentu.
  • Adegan, yaitu bagian dari babak yang batas-batasnya ditentukan oleh datang atau perginya pemain ke/dari pentas.
  • Petunjuk pengarang, ialah bagian dari naskah drama yang memberikan penjelasan kepada pembaca atau awak pementasan (sutradara, pemain, penata artistik dll.) mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan dan sifat tokoh. Petunjuk pengarang biasanya ditulis dalam tanda baca kurung.
  • Prolog, adalah pengantar naskah yang dapat berisi keterangan atau pendapat pengarang tentangcerita yang akan disajikan.
  • Epilog, adalah penutup naskah drama yang biasanya berisi simpulan pengarang mengenai cerita kadang-kadang disertai pula nasihat atau pesan, ada pula yang disertai ucapan terima kasih kepada penonton yang dengan sabar telah menyaksikan pementasan.
  • Solilokui, adalah bagian naskah drama yang berisi ungkapan pikiran dan perasaan tokoh kepada diri sendiri, baik pada saat ada tokoh lain maupun terutama ketika tokoh itu sedang sendiri.
  • Aside, adalah bagian naskah drama yang berisi ucapan seorang tokoh yang ditujukan kepada penonton dengan pengertian bahwa tokoh lain yang ada di pentas tidak turut mendengar.


Unsur-unsur Artistik Pementasan Drama
  • Setting (tata panggung), disesuaikan dengan tuntutan naskah
  • Lighting (tata cahaya), penggunaan lampu (pencahayaan) disesuaikan dengan adegan, suasana, dan latar cerita. Hal yang perlu diperhatikan adalah arah cahaya, warna, dan intensitas (kekuatan cahaya).
  • Musik. Musik dalam drama berperan mendukung dan menegaskan isi cerita dan adegan. Tidak harus setiap adegan disertai dengan adanya alunan musik, kecuali drama itu berbentuk drama musikal.
  • Busana. Busana (kostum) dalam drama disesuaikan dengan tuntutan cerita.
  • Tata rias. Tata rias (make up) wajah haruslah mendukung dan menguatkan karakter tokoh yang diperankan. Make up tidak bertujuan untuk membuat aktor/aktris menjadi lebih ganteng atau cantik, tetapi lebih menekankan pada penegasan karakter tokoh. Make up semacam ini dikenal dengan istilah make up karakter.